JurnalSatu.id – PATI, – Wilayah Pati selatan menjadi salah satu wilayah di Kabupaten Pati yang mengalami kondidi dilema terkait adanya musim. Pasalnya, jika musim kemarau seperti ini, Pati selatan mengalami kekeringan dan krisis air bersih. Sebaliknya, jika pada usim penghujan, air sangat melimpah dan Pati selatan rawan bencana banjir.
Seperti yang terjadi saat ini, musim kemarau yang sejak April lalu, Pati selatan sudah mengalami krisis air bersih sejak awal Agustus lalu. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati per hari ini, Senin (26/8/2024), tercatat ada 33 desa yang mengalami krisis air bersih. Dari jumlah desa yang mengalami krisis air bersih itu tersebar di enam Kecamatan, yaitu Kecamatan Tambakromo, Jakenan, Jaken, Sukolilo, Gabus, Winong, Pucakwangi.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetyo. Budi mengatakan, dari enam kecamatan tersebut, Kecamatan Winong yang paling banyak terdampak kekeringan disusul Kecamatan Jaken. Menurut Budi, di Kecamatan winong ada sembilan Desa yag mengalami kelangkaan air bersih, kemudian disusul Kecamatan Jaken ada enam desa. “Saat ini, masyarakat di wilayah tersebut sedang mengalami krisi air bersih.
Hal ini mendapat tanggapan dari Ketua DPRD Pati, Ali Badrudin. Kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Pati harus segera diatasi agar tidak berdampak lebih buruk bagi warga. Ali mendorong Pemkab Pati untuk mencari solusi agar kekeringan yang melanda setiap tahun ini dapat diminimalisir. Dirinya mengaku sangat prihatin dengan nasib yang diderita oleh warga terdampak.
Kader Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan ini mengajak masyarakat, melalui elemen-elemen yang ada, untuk ikut peduli dengan kondisi tersebut. “Saya mengajak, masyarakat untuk ikut peduli dengan memberikan bantuan terhadap saudara kita yang sedangmembutuhkan droping air bersih,” ujar ALi. (Adv)
