Harga Garam Anjlok, Komisi B DPRD Pati Dorong Kreativitas Petani

Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Pati, Sutarto Oenthersa
Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Pati, Sutarto Oenthersa

JurnalSatu.id – PATI, – Harga garam di tingkat petani di Kabupaten Pati saat ini hanya berkisar Rp 500 perkilogramnya. Cuaca panas membuat produktivitas garam meningkat tajam yang membuat produksi meningkat. Sayangnya peningkatan produksi garam ini tidak dibarengi dengan peningkatan permintaan pasar sehingga membuat stok menumpuk yang menyebabkan harga jatuh.

Untuk meningkatkan produktivitas dan penambahan nilai ekonomis dari harga jual garam, Ketua Komisi B DPRD Pati Sutarto Oenthersa, mendorong kepada para petani untuk lebih kreatif. Salah satunya adalah dengan memproduksi dan menjual garam halus. Pasalnya, ia menilai garam halus yang dijual memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi ketimbang garam kasar. Disamping itu bahwa metode ini akan mendukung produksi garam dengan kualitas terbaik.

“Jadi saat ini ada program pemerintah yang baru dikembangkan, salah satunya washing plant atau mengolah menjadi garam halus, dikemas, kemudian di pasarkan,” jelasnya.

Pria yang akrab disapa Koko ini menambahkan, pengolahan garam menjadi garam halus akan menambah nilai jual. Karena seperti diketahui, areal pesisir Kabupaten Pati yang membentang mulai dari Kecamatan Dukuhseti hingga Kecamatan Batangan, selain dimanfaatkan untuk budidaya ikan juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk industri garam.

Sehingga, peningkatan kualitas produk ini diharapkan akan meningkatkan penghasilan petani garam. Dengan ini, petani tidak hanya berfokus pada produksi bahan baku, namun juga hingga pengemasan barang. “Mungkin kalau dengan washing plant bisa dibuat garam halus, dikemas, kemudian disitu nilai tambahnya akan menjadi lebih tinggi,” tambah politisi dari PDI-P ini.

Tentunya, Koko yang juga berasal dari Juwana sebagai salah satu sentra Garam di Kabupaten Pati meyakini metode ini sudah diterapkan oleh beberapa petani garam baik yang ada di Juwana dan di Batangan. Oleh karenanya, bagi petani yang belum menerapkan metode ini, didorong untuk segera mencobanya. (Adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *