
PATI — JurnalSatu.id, Menjadi tuan rumah Musyawarah Perencanaan Pembangunan Wilayah (Musrenbangwil) se-Eks Karesidenan Pati, digelar di Pendopo Kabupaten Pati, Senin (21/4).
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, hadir secara langsung serta jajaran Forkopimda Jawa Tengah atau yang mewakili, Bupati dan Forkopimda se-Eks Karesidenan Pati (Pati, Rembang, Blora, Kudus dan Jepara), serta Sekretaris Daerah Kabupaten Pati.
Bupati Pati Sudewo menyampaikan secara kritis berbagai masalah krusial di Kabupaten Pati, diantaranya menyampaikan isu infrastruktur sebagai persoalan paling mendesak. Ia menekankan kondisi jalan di berbagai wilayah Kabupaten Pati yang rusak parah dan sangat memprihatinkan.
“Kalau khusus jalan provinsi yang perlu penanganan segera dari mulai Kayen, Sukolilo, sampai perbatasan Kabupaten Pati karena dalam kondisi rusak. Jalan Pati-Tayu cukup bagus, tapi kecepatannya luar biasa, maka dari itu perlu diperlebar,” tegas Bupati asal pati selatan itu.
Selain itu, ia juga mengungkapkan persoalan irigasi serta infrastruktur air yang lama tidak terawat, sehingga menyebabkan pendangkalan dan sedimentasi.
Kondisi Rumah Sakit RAA Soewondo Pati juga tak luput menjadi sorotan. Menurut Sudewo, rumah sakit rujukan tipe B tersebut mengalami keterbatasan, baik dalam hal sumber daya manusia, kultur pelayanan, maupun sarana dan prasarana.
“Rumah sakit tipe B itu bisa mendatangkan minimal Rp 225 miliar, tapi di RS RAA Soewondo hanya menghasilkan 120 miliar. Ada backlog Rp 100 miliar setiap tahun. Yang rusak tidak bisa segera ditangani, kondisinya semakin parah,” paparnya.
Ahmad Luthfi, Gubernur Jawa Tengah menanggapi hal tersebut. Ia menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur merupakan fokus utama dalam RPJMD 2025, baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kota. Ia menyampaikan bahwa pembangunan akan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan demi tercapainya target besar, yaitu swasembada pangan di tahun 2026.
“Tahun 2025 kita fokus pada infrastruktur pertanian, jalan, sekolah, kesehatan, dan SDM. Lompatan besar akan kita lakukan pada 2026 untuk swasembada pangan. Target Jawa Tengah adalah 11 juta ton, dan kita optimis bisa mencapainya,” ungkap Ahmad Luthfi.
Revitalisasi saluran irigasi serta penertiban alih fungsi lahan juga difokuskan agar program ketahanan pangan dapat terealisasi maksimal.