PATI – JurnalSatu.id, Di tengah gegap gempita perayaan Hari Jadi ke-702 Kabupaten Pati, sebuah kabar yang dinanti masyarakat akhirnya diumumkan: kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang semula mencapai hingga 250 persen akan diturunkan.
Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Bupati Pati, H. Sudewo, dalam acara resmi di Pendopo Kabupaten pada Kamis sore (7/8). Langkah tersebut diambil sebagai bentuk respons terhadap suara warga dan arahan dari pemerintah pusat maupun provinsi.
“Terkait kenaikan pajak hingga 250 persen, saya akomodir untuk diturunkan,” tegas Bupati Sudewo di hadapan hadirin. “Keputusan ini kami ambil setelah mendengar masukan dari masyarakat, tokoh daerah, serta arahan dari Bapak Menteri Dalam Negeri dan Bapak Gubernur Jawa Tengah.”
Ajakan Damai dan Klarifikasi Insiden
Dalam kesempatan yang sama, Sudewo mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali bersatu dan menjaga ketenangan sosial setelah beberapa dinamika terjadi menjelang hari jadi, termasuk insiden pada Selasa sebelumnya saat kirab boyongan.
“Saya mohon maaf sebesar-besarnya. Tidak ada niat merampas atau melarang kegiatan warga. Kami hanya ingin memastikan prosesi kirab lima tahunan ini berjalan lancar sesuai rute resmi,” ujarnya.
Ia juga meluruskan pernyataannya yang sempat menuai kontroversi di masyarakat.
“Ucapan ‘lima ribu silakan, lima puluh ribu massa silakan’ bukan untuk menantang rakyat saya. Saya minta maaf atas pernyataan tersebut yang telah menimbulkan salah paham,” jelas Sudewo.
Komitmen untuk Belajar dan Membangun Pati
Bupati Sudewo menegaskan bahwa dirinya terbuka terhadap kritik dan siap untuk terus belajar dalam memimpin Kabupaten Pati.
“Saya sadar masih banyak kekurangan. Saya ingin menjadi pemimpin yang amanah. Mari kita lanjutkan pembangunan jalan, RSUD Soewondo, pendidikan karakter, dan penguatan sektor pertanian dengan semangat bersama,” ujarnya sambil meminta dukungan dari seluruh lapisan masyarakat.
Kirab Boyongan: Wujud Cinta pada Sejarah dan Budaya
Hari Jadi ke-702 Pati juga ditandai dengan pelaksanaan Kirab Boyongan, prosesi budaya lima tahunan yang digelar dengan penuh kemeriahan dan antusiasme warga. Kirab dimulai dari Genuk Kemiri dan berakhir di Kantor Bupati, menempuh jalur ikonik seperti Jalan Pemuda dan Alun-Alun Kota.
Prosesi dibuka dengan pengambilan air suci oleh Kepala Desa Sarirejo dan juru kunci, disambut dengan tari tradisional Eka Prawira dan Bedhaya. Sepanjang rute, rombongan kirab tampil memukau dengan busana adat, pusaka daerah, dan simbol tiga kadipaten pendiri Pati: Mojosemi, Paranggaruda, dan Carangsoka.
Kirab juga dimeriahkan oleh marching band, pelajar, duta budaya, Paskibra, serta berbagai sanggar seni dari desa-desa di Pati. Sesampainya di Pendopo Kabupaten, prosesi dilanjutkan dengan pertunjukan seni, peletakan pusaka, pembacaan suluk, hingga selametan dan penanaman pohon beringin sebagai doa untuk masa depan Pati.
Dalam pidatonya yang disampaikan dalam Bahasa Jawa, Sudewo menekankan bahwa kirab bukan sekadar tontonan.
“Kirab ini adalah simbol perjalanan sejarah Kabupaten Pati. Ini harus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga identitas dan budaya lokal,” ujarnya. (Red)