Dari Pati Pesantenan hingga Bumi Mina Tani: Jejak Panjang Identitas Daerah

PATI – JurnalSatu.id, Di tengah geliat pembangunan dan arus modernisasi, Kabupaten Pati masih memegang erat akar sejarahnya. Semboyan resmi “Bumi Mina Tani” yang kita kenal hari ini ternyata bukanlah identitas yang lahir tiba-tiba. Ia memiliki benang merah panjang dengan masa lalu Pati, ketika daerah ini masih dikenal luas sebagai Pati Pesantenan.

Advertisements

Pesantenan: Pusat Agraris dan Maritim Masa Lalu

Sejarah mencatat, Pesantenan adalah sebutan untuk wilayah yang kini menjadi Kabupaten Pati. Nama ini muncul pada masa akhir Majapahit dan awal Kesultanan Demak, merujuk pada pusat pemerintahan dan kebudayaan di pesisir utara Jawa.Wilayahnya terkenal subur, menjadi lumbung padi penting di jalur pantai utara (Pantura). Selain itu, letaknya yang dekat dengan pelabuhan-pelabuhan kuno di Juwana dan sekitarnya membuat Pesantenan menjadi simpul perdagangan hasil bumi dan laut. Masyarakatnya hidup dari sawah, tambak, dan laut—sebuah kombinasi yang membentuk karakter agraris sekaligus maritim.

Bumi Mina Tani: Mewarisi dan Meneguhkan

Lompatan ke abad ke-20, tepatnya pada tahun 1993, Pemerintah Kabupaten Pati menetapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1993 yang melahirkan slogan “Pati Bumi Mina Tani”.
Maknanya jelas: Tani melambangkan kekuatan sektor pertanian, sedangkan Mina melambangkan sektor perikanan. Dua pilar ini adalah gambaran nyata kehidupan masyarakat Pati sejak masa Pesantenan.

Lebih dari sekadar slogan, “Bumi Mina Tani” diuraikan menjadi nilai-nilai luhur: Berdaya, Upaya, Menuju, Identitas Pati, Makmur, Ideal, Normatif, Adil, Tertib, Aman, Nyaman, dan Indah. Nilai-nilai ini adalah refleksi cita-cita masyarakat yang berakar dari filosofi hidup orang Pesantenan: bekerja keras, menjaga alam, dan hidup rukun.

Jembatan Sejarah dan Masa Kini

Jika Pesantenan adalah simbol kejayaan masa lampau, maka Bumi Mina Tani adalah wajah Pati masa kini—yang tetap setia pada warisan sejarahnya. Keduanya diikat oleh kesamaan esensi: Pati adalah rumah bagi petani dan nelayan, bagi tanah subur dan laut yang memberi kehidupan.
Bedanya, di era modern, semboyan ini juga menjadi alat branding, memperkenalkan Pati ke tingkat nasional bahkan internasional sebagai daerah yang kaya sumber daya, sekaligus berbudaya.

Lebih dari Sekadar Kata-kata

Bagi masyarakat, Bumi Mina Tani bukan hanya rangkaian kata di gapura perbatasan kabupaten. Ia adalah identitas yang mengingatkan bahwa di tengah kemajuan teknologi dan industri, Pati tidak boleh melupakan akarnya—akar yang tumbuh dari tanah dan laut sejak zaman Pesantenan hingga kini. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *