“Pati Bumi Mina Tani”, Slogan yang Mengakar dari Sawah hingga Laut

PATI – JurnalSatu.id, Di setiap pintu masuk Kabupaten Pati, pengendara akan disambut kalimat besar yang terpampang di gapura: “Selamat Datang di Pati Bumi Mina Tani”. Kalimat ini bukan sekadar hiasan, melainkan identitas resmi yang telah melekat puluhan tahun pada kabupaten di pesisir utara Jawa Tengah ini.

Advertisements

Semboyan “Bumi Mina Tani” ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pati Nomor 3 Tahun 1993. Maknanya sederhana namun dalam: Pati adalah tanah yang hidup dari dua sumber utama – pertanian (tani) dan perikanan (mina).

Akar Sosial dan Ekonomi

Kabupaten Pati memang tumbuh dari kekuatan agraris. Hamparan sawah membentang di wilayah selatan dan tengah, menjadi sumber penghidupan utama sebagian besar warganya. Sementara di sisi utara dan timur, terutama Kecamatan Juwana, geliat pelabuhan dan aktivitas nelayan menjadi denyut ekonomi yang tak pernah padam.

Kombinasi inilah yang membuat Pati unik. Ia bukan hanya “lumbung padi”, tetapi juga salah satu sentra perikanan penting di Jawa Tengah. Dalam konteks itulah slogan “Bumi Mina Tani” menjadi gambaran singkat jati diri daerah.

Makna Filosofis

Pemkab Pati menafsirkan semboyan ini tidak sekadar sebagai sebutan geografis atau ekonomi. Di laman resmi pemerintah daerah, “BUMI MINA TANI” diuraikan sebagai rangkaian nilai: Berdaya, Upaya, Menuju, Identitas Pati, Makmur, Ideal, Normatif, Adil, Tertib, Aman, Nyaman, dan Indah.
Rangkaian kata ini menjadi semacam kompas moral bagi pembangunan, menegaskan bahwa kesejahteraan petani dan nelayan adalah pondasi, namun tetap dibingkai oleh tata kelola yang adil, tertib, dan ramah lingkungan.

Simbol yang Melekat di Hati Warga

Bagi warga, slogan ini telah menjadi kebanggaan sekaligus pengingat akar budaya. Tak sedikit yang mengaitkannya dengan filosofi hidup masyarakat Pati: bekerja keras di ladang dan laut, menjaga alam, serta hidup gotong royong. Bahkan dalam berbagai hajatan, festival, dan event budaya, slogan “Bumi Mina Tani” kerap digaungkan kembali, seakan menjadi mantra yang menyatukan.

Kini, di tengah arus modernisasi, semboyan itu tetap relevan. Ia menjadi pengingat bahwa di balik geliat industri dan perdagangan, Pati adalah rumah bagi para petani dan nelayan. Dan dari sana, cita-cita daerah untuk menjadi makmur, aman, nyaman, dan indah terus bertumbuh. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *