Warga Segoro Gunung Hingga Pemdes Ungkap Fakta Dukungan Soal Relokasi

KARANGANYAR – JurnalSatu.id, Berbagai dilema hingga tudingan terkait aktifitas dilokasi wisata Margo Lawu Desa Segoro Gunung Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar ternyata tak menyurutkan sikap positif berbagai pihak, khususnya PT RSK, Pemerintahan Desa dimana atas dukungan seluruh warga masyarakat Desa Segoro Gunung.

Terbukti pekan lalu PT RSK bersama berbagai pihak dinas terkait pun melakukan penanaman pohon secara simbolis, penghijauan kawasan kebun teh yang merupakan kali keduanya dilakukan. Oleh PT RSK penanaman direncanakan 5000 pohon merupakan upaya untuk mengimbangi dampak dari penataan yang dilakukan manajemen di sejumlah kawasan kebun teh Karanganyar.

Oleh mereka inovasi pemanfaatan kawasan lahan kebun teh sebagian kecil digunakan untuk Wisata yang rencananya diubah menjadi area pendukung wisata, mulai dari cafe, tempat parkir, dan tempat ibadah. Sedangkan, saat ini, dari 423 hektar lahan kebun teh, perubahan alih fungsi kebun teh bahkan belum menyentuh 10 persen.

Direktur PT RSK Walidi mengatakan, penataan saat ini masih dalam batas wajar sesuai aturan. Pasalnya, bila menilik dalam peraturan yang berlaku, pemanfaatan alih fungsi lahan kebun teh maksimal 30 persen. Inovasi alih fungsi kebun teh diperlukan PT RSK untuk meningkatkan income perusahaan. Pasalnya, bila hanya mengandalkan hasil dari petik daun teh, perusahaan tidak mampu memenuhi biaya kebutuhan perusahaan.

“Sesuai aturan Kementrian dikembangkan untuk wisata itu boleh, jadi ikon kebun teh tapi belakangnya wisata seperti sekarang jembatan kaca. Jadi sesuai aturan lahan yang boleh dimanfaatkan itu 30 persen, dan yang sekarang itu masih jauh dari 10 persen. Jadi kalau hanya mengandalkan dari teh sangat berat, bahkan saat kita masuk itu minus ratusan juta, maka ini kita kembangkan dan kita juga perbaiki,” ungkapnya.

Namun gejolak tak kunjung reda, usai demo di depan kantor Bupati Karanganyar beberapa waktu lalu berlanjut pengrusakan dan pembakaran dilokasi wisata Margo Lawu. Warga menuding kondisi air yang keruh serta debit air yang menurun akibat eksploitasi kebun teh. Dalam hal ini pihak berwajib dinilai lamban kurang adanya ketegasan dalam menanganinya, terbukti kejadian beruntun masih terulang terjadi menimbulkan banyak kerugian.

Disisi lain, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Karanganyar sendiri juga telah mengambil sampel air dari sumber mata air Suren di dekat kawasan pengembangan kebun teh Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Senin (18/3/2024). Pengambilan sampel ini merupakan tindak lanjut dari demo warga yang mengeluhkan kualitas air dan debit air yang menurun akibat eksploitasi kebun teh.

Kabid Pengendalian dan Pencemaran DLH Karanganyar, Hartono menyampaikan bahwa telah dua kali mengambil sampel air di sumber air Suren, yang berada di dekat kawasan pengembangan kebun teh. Yang dilakukan bertepatan dengan kondisi hujan.

“Pasca-demo, kami ke sana ambil sampel air. Airnya saat itu memang keruh karena mungkin bertepatan dengan hujan. Pengambilan sampel kedua dilakukan kemarin, kondisinya cuaca terang dan airnya bening,” ujarnya.

Dia menambahkan, hasil laboratorium sampel air akan disampaikan kepada Pj Bupati Karanganyar, Timotius Suryadi. Kemudian hasil laboratorium tersebut akan menjadi bahan kajian tim teknis dari pemda.

Terpisah, Tri Harjono selaku Kepala Desa Pemerintahan Desa Segoro Gunung saat dikonfirmasi awak media juga mengatakan bahwasanya terkait jalannya relokasi diwilayahnya sudah sesuai prosedural.

“Pihak kami sudah sesuai aturan karena melalui Musdes bersama seluruh tokoh masyarakat, lembaga menyepakatinya. Kami juga atas dukungan seluruh warga kami ditanda tangani semua, bahkan sudah dikonsultasikan pada Sekda Karanganyar” ungkapnya, jumat (22/3/2024).

Disinggung adanya persoalan air keruh yang berdampak, Tri Harjono membeberkan bahwa ada temuan beberapa pihak terkait yang diketahui pemerintahan juga dinas. Dimana temuan adanya saluran air yang seharusnya dari sumber mata air justru mengambil dari sungai.

“Informasi temuan dari pihak rekan-rekan yang mengungkap, harusnya saluran air kewarga bukan dari sungai tapi dari sumber mata air. Ya jelas keruh lah, ditambah pasca hujan, hal inilah yang menyulut sejumlah warga. Jika bertanya soal dampak, harusnya kami yang pertama terdampak karena terdekat, nyatanya warga kami baik-baik saja. Air kami terjamin karena murni dari mata air semua,” Tandas dia.

Dari berbagai fenomena yang terjadi, Kades Tri Harjono mengungkapkan atas permintaan seluruh warga masyarakatnya mendukung relokasi diwilayahnya. Seluruh warganya berharap untuk terus berlanjut demi kemajuan pada umum dan didesanya pada khususnya.

“Seluruh warga mengeluh jika ini berhenti lama, semua pekerja juga warga sini seluruhnya, kini malah pada nganggur siapa yang bertanggung jawab. Itu mau dibangun pondok pesantren juga tempat ibadah, ayolah kita dukung bersama. Jangan ada provokasi apalagi berita-berita bersteamen memprovokasi apalagi mempelintir. Asal demi kebaikan bersama juga positif kita dukung.” imbuhnya. ( Awi/Hendro )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *