JurnalSatu.id – Bumi resmi mencapai titik terjauh dari Matahari atau yang dikenal sebagai fenomena Aphelion pada Kamis, 3 Juli 2025 pukul 19.55 UTC, atau Jumat, 4 Juli 2025 pukul 02.55 WIB. Saat itu, jarak antara Bumi dan Matahari mencapai sekitar 152,09 juta kilometer, menjadikannya momen tahunan yang rutin terjadi setiap awal Juli.
Fenomena Aphelion merupakan bagian dari siklus orbit elips Bumi yang menyebabkan jarak antara planet ini dan Matahari tidak selalu sama sepanjang tahun. Dalam orbitnya, Bumi bergerak mendekat ke titik terdekat (perihelion) di awal Januari, dan menjauh ke titik terjauh (aphelion) pada awal Juli.
Meski terdengar ekstrem, peningkatan jarak sekitar 3% dari rata-rata ini tidak berdampak besar pada iklim atau suhu global, demikian disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“Banyak yang mengira Aphelion menyebabkan suhu dingin. Padahal, pendinginan udara di Indonesia pada bulan Juli–Agustus lebih disebabkan oleh angin muson timur dari Australia yang bersifat kering dan dingin, bukan oleh jarak Bumi ke Matahari,” jelas Koordinator Bidang Geofisika BMKG, Dr. Aditya Kurniawan.
Dalam konteks astronomi, Aphelion memiliki pengaruh kecil terhadap durasi musim. Karena Bumi bergerak sedikit lebih lambat saat berada di titik terjauh ini, musim panas di belahan Bumi utara menjadi lebih panjang dibanding musim dingin di belahan yang sama.
Fenomena Aphelion sendiri tidak dapat diamati secara langsung karena tidak melibatkan perubahan visual di langit. Namun, para astronom dan ilmuwan iklim tetap mencatatnya sebagai bagian penting dalam pemahaman dinamika orbit Bumi dan perubahan musim.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak perlu khawatir karena fenomena ini adalah bagian dari siklus alami dan tidak berbahaya.
“Masyarakat tidak perlu panik atau mengaitkan Aphelion dengan bencana atau perubahan ekstrem. Ini adalah peristiwa astronomi tahunan yang sudah dipahami dengan baik secara ilmiah,” tambah Dr. Aditya.
Apa Itu Aphelion?
Aphelion berasal dari bahasa Yunani: apo (jauh) dan helios (Matahari). Ini merupakan kebalikan dari perihelion, yaitu saat Bumi berada pada titik terdekat dengan Matahari. Perbedaan jarak antara keduanya berkisar ±5 juta kilometer, tetapi dampaknya terhadap suhu global sangat kecil karena iklim lebih dipengaruhi oleh kemiringan poros Bumi sebesar 23,5 derajat.
Kesimpulan
Fenomena Aphelion yang terjadi pada 3 Juli 2025 merupakan bagian dari siklus tahunan orbit Bumi dan tidak berdampak langsung pada cuaca atau suhu di Indonesia. Para ahli menekankan pentingnya memahami sains di balik peristiwa ini agar tidak terjadi kesalahpahaman di tengah masyarakat. (Red)