JurnalSatu.id – MAGELANG,- Tungku arang atau kayu kembali mengepul saat lebaran di Kabupaten Magelang tahun ini. Pasalnya, akhir-akhir ini, LPG tiba-tiba menjadi langka. Tungku kayupun jadi pilihan untuk memasak makan dan minum bagi anggota keluarga atau tamu yang sedang bersilaturahmi. “Sejak tanggal 25 Maret 2024 beli LPG sulit sekali. Syaratnya harus pesan ke penjual dengan meninggalkan tabung kosong. Saya pesan sampai tiga kali, yang terakhir baru dapat tabung satu. Akhirnya terpaksa harus memakai pawon (tungku kayu),”ujar bu Slamet.
Tak berbeda dengan yang dialami emak-emak dari wilayah Kecamatan Kaliangkrik, Bu Nurul dari Desa Bandongan juga mengeluhkan permasalahan sulitnya LPG melon. “Jauh hari, kira-kira akhir Februari 2024, seorang penjual sudah mengingatkan bahwa kelak mendekati saat lebaran LPG melon bakal susah didapat. Kalaupun ada harga bakal mahal dan langka,” ungkapnya.
Permasalahan dirasakan meluas diberbagai tempat. Jenie, warga Desa Banyuwangi Kecamatan Bandongan, misalnya, semula menduga permasalahan LPG itu hanya akan terjadi pada LPG melon. “Ternyata dugaan itu meleset. Sehari sebelum lebaran, saya mencari LPG 12 kg kemana-mana. Semua tempat di Bandongan kosong. Akhirnya saya berhasil membeli di POM Menowo Kota Magelang,” ungkap ayah 2 anak itu.
Mahal
Selain merasakan kelangkaan LPG, hal lain yang dirasa memberatkan adalah harga LPG yang kian mahal. “Biasanya saya beli LPG 3 kg itu harganya Rp 23 ribu. Karena langka harganya menjadi Rp 32 ribu,” jelas Bu Slamet.
Bu Nurul pun mengiyakan ungkapan Bu Slamet. Biasanya, ia berujar, membeli LPG melon dengan harga Rp 22 ribu. Saat ini, ujarnya. saya harus merogoh kocek lebih dalam yaitu Rp 25 ribu per tabung.
Hal serupa terjadi di Kecamatan Ngluwar, Bu Ira mengatakan menjelang lebaran LPG melon tiba-tiba langka susah mendapatkannya. Harga yang semula Rp 22 ribu per tabung naik menjadi 25 ribu pertabung. Beda dengan bu Slamet dan Bu Nurul, Jenie mengatakan meskipun sulit diperoleh harga LPG 12 kilogram tetap stabil. “Harga tetap Rp 197 ribu,” jelasnya.
Meluas Hingga Medsos
Perbincangan tentang kesulitan masyarakat tak hanya terjadi dalam percakapan sehari hari tetapi juga dunia virtual. Percakapan di grup WA pun menyinggung permasalahan tersebut. Sebagaimana diungkapkan salah seorang anggota grup Kontributor BPBD Magelang pada hari Selasa (9/4/2024).
“Mohon ijin di grup ini… Adakah pemangku kepentingan dengan kebutuhan gas bersubsidi alias gas melon…. Ada apakah gerangan….?! Masyarakat kecil/ibu rumah tangga koq dibuat kesal…?!.
Kelangkaan LPG menjelang lebaran sebenarnya sudah diantasipasi sejak awal, kata Tri Handayani, Analis Perdagangan Ahli Muda DisdagkopUKM pada hari Jumat 12 April 2024 lalu. “Di bulan Ramadhan dan Syawal sudah dimintakan kuota tambahan,” ujarnya.
Diakuinya, LPG memang sempat langka karena pasokan terhambat akibat banjir di Semarang, kapal tanker tidak bisa sandar.
Lebih lanjut Tri Handayani menyebut bahwa terkait distribusi, BPH Migas memberlakukan ketentuan dengan menggunakan KTP. Pembelian hanya diperbolehkan satu tabung untuk setiap kali transaksi. Ketentuan itu diberlakukan sebagai persiapan kegiatan subsidi tepat sasaran. Subsidi LPG tidak pada komoditas tetapi pada sasaran seperti diberlakukan pada subsidi pupuk.
“Dengan tercatat NIK maka PT Pertamina memiliki data yang akan dicocokkan dengan data miskin ekstrem dan BPUM untuk usaha mikro. LPG tepat sasaran akan berlaku tahun2025,” jelasnya. (Adv)